Lele Sangkuriang, lele jenis baru ini berhasil merebut perhatian masyarakat, pasalnya lele jenis baru ini memiliki berbagai keunggulan dibanding dengan lele dumbo biasa, diantaranya: masa panen lebih cepat, lebih tahan penyakit, teknik pemeliharaan sederhana, kualitas daging lele sangkuriang lebih padat, kering, tidak bau amis, dan tentu saja lebih gurih, apalagi dikelola secara organik menyebabkan lele sangkuriang organik ini kini kian diburu oleh penikmat makanan lele.

Lele Sangkuriang: Ibu Yang Menikahi Anaknya Sendiri


Dahulu kala, di tatar Parahyangan, seorang anak lelaki diusir ibunya. Ibunya murka karena sang anak membunuh anjing mereka, yang ternyata adalah ayah si anak itu sendiri. Bertahun-tahun lamanya, sang anak yang telah menjadi pemuda, kembali bertemu dengan ibunya. Karena lupa wajah ibunya, tanpa rasa bersalah, akhirnya sang pemuda melamar ibunya sendiri. Sangkuriang, begitu nama pemuda itu.
Sepenggal kisah inilah yang kemudian mengilhami penamaan sebuah sub-spesies lele baru. Karena kualitas lele Dumbo yang semakin menurun, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) memutuskan untuk melakukan pemurnian kembali. Betina keturunan kedua lele dumbo asli dari Afrika Selatan (F2) dikawinkan dengan pejantan keturunan keenam yang lokal (F6). Bagaikan ibu mengawini anak lelakinya sendiri, sehingga anakan yang dihasilkan kemudian dinamakan Lele Sangkuriang.
“Pak Nasrudin memang bukan penemu lele (Sangkuriang) tersebut. Tetapi beliaulah yang awalnya mempopulerkan istilah Lele Sangkuriang,� ujar Yadi Supriatna, dalam workshop beternak Lele Sangkuriang, Sabtu (24/07). Rumah Pak Entis di Desa Cibintinu, Kecamatan Arjasari, menjadi tempat workshop yang dikelola oleh Rumah Amal Salman ITB ini, diselenggarakan.
Yadi Supriatna, yang merupakan murid langsung dari Nasrudin sang juragan Lele Sangkuriang, menjadi pembicara utama dalam workshop tersebut.  Peserta berasal dari Cibintinu dan Cirungkang. Dihadiri 10 orang yang silih datang dan pergi, alumni Astronomi ITB ini juga menjelaskan kesuksesan Nasrudin dalam beternak Lele Sangkuriang.
“Beliau yang tidak tamat SD saja bisa sukses seperti sekarang,� ujar Yadi.
Nasrudin memang beberapa kali sempat ‘nongol’ di layar televisi. Tentu saja karena usaha lele sangkuriangnya yang sukses. Banyak orang yang berkunjung ke peternakan lele miliknya untuk sekedar belajar. Tidak hanya dari negeri sendiri, bahkan tamu dari luar negeri  pun banyak yang berkunjung.
Yadi juga menjelaskan berbagai keistimewaan Lele Sangkuriang dibandingkan beternak jenis ikan lainnya. Lele Sangkuriang memiliki keunggulan, seperti produksinya tinggi, panen lebih cepat, kemampuan bertelur tinggi, dan lebih tahan terhadap penyakit.
“Selain itu, beternak lele sangkuriang lebih mudah, bisa di lahan sempit, dan benihnya mudah diperoleh,� ungkap Yadi.
Meskipun begitu, beternak Lele Sangkuriang bisa gagal jika tidak mengikuti prosedur perawatan yang dicontohkan. Oleh karena itu, Yadi berulang kali menekankan agar calon peternak desa Arjasari, mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan tidak berinisiatif sendiri.
“Pemberian pakan harus sesuai. Tinggi kolam dan terpal juga harus warna oranye. Jangan sampai bapak-bapak menggunakan bahan kimia dalam proses beternak Lele Sangkuriang ini,� himbau pria yang pernah bekerja sebagai operator satelit di Telkom ini.
Jika menginginkan informasi lebih lanjut tentang Lele Sangkuriang, bisa menghubungi Yadi Supriatna di 085720094000, 081322999211, dan 022-70444498.